Anak berumur tiga tahun ini sangat cerdas dan menggemaskan, namanya Calton Todd Burpo. Namun diusianya yang sangat muda itu, maut hampir saja menjemputnya.
“Ia mulai muntah-muntah di toilet, dan mulanya kami pikir virus di perut karena kata dokter memang sedang terjadi saat ini,” tutur ayahnya, Todd Burpo.
Tapi kondisi Calton semakin buruk dalam beberapa hari kemudian. Dokternya kemudian menemukan ternyata usus buntu anak itu sudah pecah, dan infeksinya telah menyebar ke seluruh tubuhnya.
“kami tahu kondisinya buruk sekali,” ujar Todd Burpo.
Calton akhirnya dipisahkan dari pasien lainnya, dan akan segera dioperasi.
“Sangat berat sekali melihat anakmu sepertinya tidak bernyawa,” demikian perasaan yang diungkapkan Sonya, ibu Calton. “Padahal ia anak yang sangat bersemangat.”
Suami istri Burpo itu duduk di lorong rumah sakit sambil memeluk anak mereka yang terkulai tidak berdaya itu. Mereka hanya bisa saling berpandangan melihat anak laki-laki yang sangat mereka cintai tersebut.
“Kami pergi ke ruang persiapan operasi. Saya ingat mereka menarik dia di lorong rumah sakit dan ia berteriak, “Ayah, jangan biarkan mereka membawa saya.” Saya akhirnya kembali ke ruang persiapan operasi untuk mengambil beberapa barang. Saya akhirnya sendirian dan menangis. Saya marah kepada Tuhan, saya frustrasi dan saya menyerah.”
“Tuhan, setelah apa yang kami lakukan untuk-Mu, sekarang kamu ambil anakku? Beginikah cara-Mu memperlakukan hamba-hamba-Mu?” demikian jerit ayah Callton.
Sebaliknya, Ibu Calton menghubungi beberapa orang untuk doa berantai bagi kondisi anaknya yang memburuk. Operasi tersebut berjalan sekitar satu setengah jam dan kedua orangtua Calton menantikan dengan cemas di depan ruang operasi.
“Apakah ada ayah Calton disini?” demikian tanya seorang suster yang keluar dari ruang operasi.
“Ya, saya disini. Ada apa?”
“Calton sedang dalam pemulihan dan ia menjerit memanggil Anda.”
Todd Burpo akhirnya masuk dan menemani anaknya. Calton yang tergeletak tak berdaya memandang pada sang ayah.
“Pa tahu ngga saya hampir saja mati?” demikian ungkap Calton.
“Pikiran pertama saya, mungkin dia mendengar suster bicara. Mereka mungkin pikir Calton pingsan karena obat bius, padahal tidak. Tapi setelah empat bulan setelah operasi, akhirnya kami mendengar cerita sebenarnya dari anak kami.”
“Jadi saya waktu itu melihat sorga,” demikian tutur Calton. “Yesus dan malaikat-malaikatnya datang dan membawa saya ke sorga.”
“Calton, seperti apa rupa Yesus waktu itu,” tanya Todd.
“Saya tahu bahwa orang pertama yang saya lihat adalah Yesus. Ia mengenakan jubah putih dengan selempang ungu. Dan ia turun dengan indah dan anggun.”
“Yah, Yesus punya tanda-tanda..” demikian ujar Calton berulang-ulang.
“Calton, dimanakah tanda-tanda yang ada pada Yesus?”
Calton menjatuhkan mainannya dan berdiri, dia menunjuk ke telapak tangannya dengan jarinya, “Disini ayah..” Dia lalu membungkuk dan menyentuhkan ujung jarinya pada kakinya.
Dia lalu menatap ayahnya, “Disitulah tanda-tanda pada Yesus yah..”
Suatu hari saat Calton sedang bepergian dengan sang ayah, dia bertanya, “Ayah, engkau pernah punya kakek namanya Pop, bener ngga?”
“ya..” demikian jawab Todd.
“Dia sangat baik..”
Todd terkejut, “Benarkah?”
“Iya, dulu ayah kecil suka main bersamanya dan memperbaiki sesuatu, bekerja bersama dia di peternakan dan berburu binatang bersamanya.”
“Bagaimana kamu bisa tahu hal itu?”
”Ya, saya diberitahu olehnya..”
Jadi sewaktu Calton di bawa ke sorga oleh Tuhan Yesus itu, dia di datangi seseorang bernama Pop. Dia bertanya, “Apakah kamu anaknya Todd?”
“Ya..” jawab Calton.
“Saya adalah kakek dari ayahmu.”
Jadi, di sorga itulah Calton bertemu dengan kakek buyutnya. Namun itu belumlah keseluruhan ceritanya. Suatu hari, saat ibunya sedang sibuk mengurus tagihan-tagihan rumah tangga, Calton datang dan berceloteh bahwa ia memilik dua adik perempuan. Padahal ia hanya punya seorang saudara perempuan bernama Casie.
“Akhirnya saya taruh tagihan-tagihan itu dan bertanya, “Apa maksudnya kamu punya dua adik perempuan?””
“Saya punya dua adik perempuan. Ibu pernah punya seorang bayi, mati di perut ibu.”
“Bagaimana kamu tahu bahwa kamu punya dua adik perempuan?”
“Dia yang beritahu saya,” demikian ungkap Calton sambil menggambarkan rupa adik perempuannya itu.
“Pertama kali dia melihat saya, dia datang dan memeluk saya,” ujar Calton.
Ternyata benar apa yang Calton katakana. Ibunya pernah keguguran, dan ia tidak pernah menyangka bahwa Calton telah bertemu adiknya itu.
“Ia menunggu kalian untuk datang ke sorga,” demikian ungkap Calton pada ibunya.
Ayah dan ibunya begitu terkesima mendengar celoteh bocah tiga tahun yang menceritakan tentang sorga itu dengan begitu detil. Todd penasaran, jika sorga begitu indah lalu mengapa Calton mau kembali ke bumi ini.
“Saya tahu saya akan meninggalkan sorga karena Yesus datang pada saya dan berkata, “Calton, kamu harus kembali pulang.” Walaupun saya tidak mau kembali, Ia katakana Ia menjawab doa ayah saya,” demikian tutur Calton.
“Saya ingat doa itu,” demikian kenang Todd,“itu doa yang tidak penuh hormat, kurang ajar, doa dengan berteriak kepada Tuhan. Dan Tuhan menjawab doa yang seperti itu..”
Saat iini Calton adalah seorang anak laki-laki yang sehat berumur 11 tahun. Ia terus membagikan dengan berani pengalamannya berada di sorga.
“Saya belajar bahwa Sorga itu nyata. Dan saya pikir Anda pasti akan menyukainya,” demikian ungkap Calton polos. (Kisah ini ditayangkan 26 April 2011 dalam acara Solusi Life di O’Channel)
Sumber Kesaksian:
Calton Todd Burpo